Rabu, 18 April 2018

laporan teknik budidaya semusim persemaian padi



BAB I
PESEMAIAN PADI

A.      Waktu Pelaksanaan Praktikum
Hari          : Selasa
Tanggal    : 21 Februari 2017
Waktu      : pukul 10.00 WIB s.d selesai
Tempat     : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,Yogyakarta.

B.       Tujuan
     Mempelajari cara pembuatan pesemaian padi cara basah dan kering.

C.      Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Praktikum pesemaian padi merupakan salah satu cara memperkenalkan  mahasiswa pada langkah-langkah yang harus dipersiapkan sebelum tanam agar tanaman padi dapat menghasilkan secara optimal karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi yang berasal dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis.  Sesuai dengan kondisi di Indonesia yang beriklim tropis serta hama penyakit merupakan masalah utama, PTB (padi tipe baru) yang cocok adalah yang mempunyai jumlah anakan sedang tetapi semua produktif ( 12-18 batang), jumlah gabah permalai 150-250 butir, persentase gabah bernas 85-95 %, bobot 1000 gabah bernas  25-26 g, batang kokoh dan pendek ( 80-90 cm), umur genjah (110-120 hari), daun tegak, smpit, berbentuk huruf V, hijau sampai hijau tua, 2-3 daun terakhir tidak cepat luruh, akar banyak dan menyebar dalam, tahan terhadap hama dan penyakit utama, gabah langsing, serta mutu beras dan nasi baik. Dengan sifat-sifat tersebut, varietas PTB diharapkan mampu berproduksi 9-13 ton GKG/ha.( bb padi,2015).
Perlunya melakukan pesemaian benih karena tanaman padi dapat terpelihara dengan baik di bandingkan dengan yang langsung tanam. Pesemaian juga menunjang untuk mendapatkan bibit unggul sehingga dapat menekan kegagalan dalam panen. Bibit yang bermutu merupakan salah satu komponen teknologi meningkatan produksi dan pendapatan usaha tani padi.
2.  Tinjauan Pustaka
Padi (Oryza sativa L) dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan kedalam (Baraya, 2012):
Kingdom               : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom         : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi          : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi                    : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas                     : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas             : Commelinidae
Ordo                      : Poales
Famili                   : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus                    : Oryza
Spesies                  : Oryza sativa L.
Bagian-bagian tanaman dalam garis besarnya dalam dua bagian besar, yaitu bagian vegertatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun.Bagian generatif meliputi : malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga (Hirupbagja, 2009).
Membuat pesemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan peremaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di peremaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu peremian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air akan melunakan tanah, air dapat mematikan tanaman pengganggu (rumput), air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga perusak bibit tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami. Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air (Icechan, 2012).
Persemaian Kering Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik. Tanah dibersihkan dari rumput dan sisa-sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.  Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak. Selanjutnya tanah digaru Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur. Ukuran bedengan persemaian 500-600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang. Lebar bedengan 100-150 cm. Tinggi bedengan 20-30 cm. Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah penaburan benih dan pencabutan bibit, pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi  Penyiangan, pengairan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit. Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami,penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah (Hendra, 2010).
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung di dalam benih. Pengukurannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung, dan cara tidak langsung. Pengukuran dengan cara langsung yaitu dengan menguapkan seluruh air yang terkadung oleh benih. Penguapan itu biasa dilakukan menggunakan oven.Pengukuran kadar air benih dengan cara tak langsung adalah pengukuran kadar air menggunakan alat pengukur kadar air elektronik, misalnya dengan moister tester tipe Steinlite. Dengan alat pengukur kadar air, kita mengetahui kadar air benih tidak langsung mengukur jumlah air yang terkandung benih, tetapi melalui nilai setaraan antara daya hantar listrik benih akibat adanya air di dalamnya. Jika alat ukurnya bekerja dengan baik, maka hasil pengukuran kadar air dari kedua cara itu tidak berbeda (Aziz, 2013).

D.     Bahan dan  Alat
1.     Alat
a.        Cangkul
b.       Plastik
c.       Gembor
d.      Label
e.       Patok
2.      Bahan
a.          Benih Padi
b.         Pupuk Kandang sapi
c.         Furadan
d.         Seresah Daun

E.     Metode Kerja
1.        Membuat pesemaian padi dengan cara pesemaian basah dan pesemaian kering.
Pesemaian basah :
a.  Menyiapkan lahan pesemaian 1m x 1 m dan mengalasi lahan tersebut dengan plastik.
b.    Memasukkan tanah olah dalam bedengan, mencampur tanah dengan furadan dan pupuk kandang, membuat bedengan setinggi 5-10 cm.
c.    Kondisi air dalam bedengan macak-macak.
d.    Menabur benih diatas bedengan.
e.    Menutupnya tipis-tipis dengan tanah halus kemudian dengan seresah daun.
f.     Memberi patok tanda nama kelompok pada bedengan.

Pesemaian kering
a.      Menyiapkan lahan pesemaian dengan membuat bedengan 1mx 1m, kemudian menggemburkan tanah dengan cangkul.
b.     Mencampur tanah dengan furadan dan pupuk kandang dalam bedengan.
c.      Menaburkan benih diatas bedengan kemudian menutupnya tipis-tipis dengan tanah yang halus.
d.     Melembabkan bedengan dengan percikan air kemudian menutupnya dengan seresah daun.
e.      Memberi patok tanda nama kelompok pada bedengan.
2.        Melakukan pemeliharaan (penyiraman dan pencabutan gulma).
3.        Mengamati pertumbuhan pada padi meliputi jumlah daun, bobot basah, dan bobot kering.

F.     Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Tabbel 1.1 Hasil Pengamata Persemaian Padidalam Luasan 5x5 cm
Parameter
Persemaian Kering
Persemaian Basah
Rata-rata
Bobot Basah (gram)
4
9
6,5
Jumlah Tanaman
21
57
39
Berdasarkan hasil pengamatan pesemaian padi dilihat dari parameter jumlah tanaman, bobot basah dan persentase hidup. Pada pesemaian kering didapatkan jumlah tanaman dalam luasan 5 x 5 cm sebanyak 21 dan bobot basah sebesar 4 gram. Sedangkan pada pesemaian basah didapatkan jumlah tanaman dalam luasan 5 x 5 cm sebanyak 57 dan bobot basah sebesar 9  gram dengan rata-rata bobot basah 6,5 dan rata-rata jumlah tanaman 39.
Pada hasil pengamatan, bobot basah pesemaian kering lebih kecil daripada pesemaian basah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada pesemaian basah kadar airnya lebih tinggi daripada pesemaian kering. Pada pesemaian basah ketersediaan air lebih banyak daripada pesemaian kering sehingga dapat mempercepat tumbuh dan berkembangnya padi pada masa vegetatif. Selain itu, lahan pesemaian basah selalu tergenang air. Hal ini menyebabkan bobot basah pada pesemaian basah lebih besar daripada pesemaian kering. Selain itu, adapun faktor lain yang mempengaruhi rendahnya hasil pada persemaian kering yaitu seresah, kemungkinan seresah yang digunakan tidak tertutup penuh sehingga sinar matahari dapat masuk dan dapat menghambat perkecambahan. Selain itu dapat disebabkan karena persediaan unsur hara pada pesemaian basah lebih banyak. Pada pengamatan jumlah tanaman, didapatkan pesemaian basah lebih banyak daripada pesemaian kering. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya unggas disekitar lahan persemaian kering yang memungkinkan benih padi dimakan oleh unggas tersebut. Sehingga populasi tanaman berkurang yang meyebabkan jumlah tanaman sedikit.

G.      Kesimpulan
     Pada praktikum persemaian padi diatas dapat disimpulkan bahwa cara pembuatan pesemaian kering dan pesemain basah hampir sama yaitu dimulai dari pengolahan lahan, pemberian pupuk, kemudian penyebaran benih. Pesemaian basah dan pesemaian kering berbeda dalam hal ketersediaan airnya. Pesemaian basah dilakukan pada lahan yang jenuh air sehingga lahan harus selalu terisi dengan air, sedangkan pesemaian kering dilakukan pada lahan yang tadah hujan dan tidak jenuh air sehingga lahan hanya perlu dipercik-percikan dengan air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar