Rabu, 18 April 2018

Budidaya Tanaman Semusim



BAB V
BUDIDAYA TEBU MENGUNAKAN ZAT PENGATUR TUMBUH

A.      Waktu Pelaksanaan Praktikum
Hari          : Kamis
Tanggal    : 7 Maret 2017
       Waktu      : pukul 10.00 WIB s.dselesai
Tempat     : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,Yogyakarta.

B.       Tujuan
Mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh pada budidaya tanaman tebu

C.      Pendahuluan
1.         Latar Belakang
      Tebu merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat gula. Hingga saat ini Indonesia masih mengimpor berton-ton gula setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kekuranagan pasokan gula disebabkan luas lahan penanaman tebu dan rendahnya produktivitas tebu.   Penanaman tebu melibatkan banyak petani. Keberhasilan penanaman tebu oleh petani tergantung dari teknik penanamannya.
      Usaha budidaya tebu dinindonesia dilakukan pada lahan sawah berpengairan dan tadah hujan serta pada lahan kering/tegalan dengan rasio 65% pada lahan teglan dan 35% pada lahan sawah. Sampai saat ini daerah/wilayah pengembangan tebu masih terfokus dipulau jawa yakni di provinsi jawa timur, jawa tengah, DI. Yogyakarta dan jawa barat yang diusahakan dilahan sawah dan lahan tegalan. Sedangkan usaha tani tebu pada lahan tegalan pengembanganya diarahkan keluar jawa seperti diprovinsi sumatera utara, sumatera selatan, lampung, Sulawesi selatan dan gorontalo (soejardi, 2003)


2.         Tinjauan Pustaka
       Tebu atau sugar cane dalam bahasa inggris adalah tanaman yang memiliki klasifikasi sebagai berikut (Indrawanto, 2010):
Kingdom           : Plantae
Sub Kingdom    : Tracheobionta
Super Divisi      : Spermatophyta
Divisi                 : Magnoliophyta
Kelas                 : Liliopsida
Sub Kelas          : Commelinidae
Ordo                  : Poales
Famili                : Graminaeatau Poaceae
Genus                : Saccharum
Spesies              : Saccharumofficinarum Linn.
Morfologi tanaman tebu ini dapat dilihat berdasarkan  ciri – cirri tanaman diantaranya adalah akar tanaman tebu berserabut, tunggang, dengan panjang 20-30 cm, berwarna keputihan kotor hingga kecoklatan, dapat menembus permukaan tanah berkisar 20 cm bahkan lebih tergantung dengan pertumbuhan.
Batang tanaman tebu bulat, berdiamater 4-10 cm, tumbuh tegak, berbuku – buku dengan jarak 3-5 cm, panjang batang tanaman ini mencapai 3-5 meter. Selain itu, batang tanaman tebu ini memiliki perkulitan tebal, keras, dengan warna yang sangat beragam jenis mulai dari merah, kuning dan juga keungguan.
Daun tanaman tebu termasuk daun tidak lengkap, karena terdiri dari pelepah dan beberapa helaiandaun.Selain itu, daun pada tanaman tebu tidak bertangkai panjang, namun langsung daunnya memanjang dengan panjang 1-2 meter, daun ini juga memiliki garis – garis yang memanjang, dan juga berbulu, biasanya daun ini tumbuh di bagian ketiak daun serta daun tanaman tebu ini berwarna kehijauan muda hingga tua.
Bunga tanaman tebu ini termasuk kedalam bunga majemuk, yang tersusun dari beberapa malai yang terbatas. Bunga tanaman ini memiliki panjang sekitar 70-90 cm, dengan memiliki tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari, dan dua kepala putik.  Pada umumnya, bunga pada tanaman tebu ini jarang kelihatan atau tampak karena bunga tanaman sangat rentan berguguran atau berjatuhan ketika masih muda atau proses pertumbuhan (Kurniawan, 2014).
Untuk mengembangbiakan tanaman tebu ada dua macam cara yang pertama adalah cara generatif, khusus untuk mencari bibit-bibit unggul yang nantinya bisa dipakai untuk mendapatkan jenis tebu baru yang mempunyai kadar gula lebih tinggi. Dengan cara mengawinkan bunga tebu secara silang, dan kemudian menanam biji dari hasil perkawinan silang tersebut. Perkawinan jenis unggul akan menghasilkan jenis tebu baru yang unggul.
Kemudian cara berikutnya ialah cara vegetatif untuk mendapatkan bibit-bibit yang kita perlukan untuk ditanam. Dilakukan dengan penyetekan. Caranya dengan mengumpulkan pucuk-pucuk pohon tebu kurang lebih 3-4 ruas, kemudian daun-daun yang menutupi ruas-ruas tersebut kita hilangkan. Karena pucuk ini biasanya masih tertutup daun dan masih agak muda, untuk menghilangkan atau mencegah adanya  hama yang nantinya menyerang, sebelum kita tanam kita harus member racun anti hama. Untuk bibit-bibit seperti ini sering dipakai atonik yang dioleskan pada batang tebu yang akan ditanam sebagai bibit.
Bibit stek pucuk adalah bibit yamg kita ambil dari pucuk batang tebu. Panjang pucuk yang kita ambil itu kurang lebih 3 ruas. Kemudian buang daun-daun yang menempel pada ruas-ruas tersebut. Biasanya  dari bibit-bibit macam ini akan didapat dua atau tiga mata. Setelah kita mendapatkan bibit-bibit yang kita perlukan, maka cara penanamannya haruslah ditidurkan dengan sedikit ditimbun dengan tanah, sedangkan letak tunas harus disusun disebelah kiri dan kanan.
Bibit rayungan adalah bibit tebu yang telah tumbuh. Sedangkan untuk bibit-bibit yang telah tumbuh ini yang paling baik adalah bibit-bibit yang yang bermata 2 dan 3. Kemudian bila ada bibit yang matanya hanya satu, maka sebaiknya disampingnya harus kita tambah lagi dengan bibit bermata 1 atau 2 (Kris, 2013).
Atonik adalah zat pengatur tumbuh tanaman (zpt). Atonik ini jika dilarutkan dalam air berbentuk air berwarna tua. Atonik bermanfaat untuk meningkatkan jumlah bobot buah dan dapat menghambat dan menekan berkembangnya beberapa penyakit tanaman.
Berfungsi mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Dengan menyemprotkan atonik tersebut, semua jenis tanaman akan tumbuh secara cepat dengan daun lebar serta batang yang kokoh, sehingga buahnya pun ukurannya jadi lebih besar. Hormon ini berguna sebagai pupuk atau obat bagi tumbuhan agar lebih cepat tumbuh menjadi besar. Untuk tanaman holtikultura sangat dianjurkan menggunakan zpt atonik yang dapat mengatur tumbuh tanaman menjadi subur. Adapun konsentrasi anjuran adalah  2 cc/l air (Nadhifah, 2015).

D.     Bahan dan Alat
1.      Alat
a.      Cangkul
b.     Label
c.      Patok
2.      Bahan
a.          Bibit tanaman tebu
b.          Pupuk Kandang sapi
c.         Atonik

E.       Metode Kerja
1.         Menyiapkan bibit tebu, bibit tebu ada yang menggunakan atonik dan tidak menggunakan atonik.
2.         Merendam bibit tebu dengan atonik selama 10 menit.
3.         Menyiapkan lahan, menggemburkan menggunakan cangkul dan mencampur tanah dengan pupuk kandang.
4.         Membuat lubang sedalam 40 cm dengan panjang 2 m dan lebar 30 cm.
5.         Menanam tebu secara horisontal pada tanah yang telah dipersiapkan. Letak tunas disusun menghadap ke sebelah kiri dan kanan.
6.         Menimbun tanaman tebu dengan sedikit tanah agar tunas yang akan tumbuh dapat menembus tanah.
7.         Memberi label atau nama kelompok pada lahan tersebut.

F.       Hasil pengamatan dan Pembahasan
       Tabel 5 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Tebu
Parameter
Atonik
Non Atonik
Tan 1
Tan 2
Tan 3
Tan 1
Tan 2
Tan 3
Presentase Hidup (%)
66,67
0
0
0
Jumlah Tunas
1
-
1
-
-
-
Rata-rata
1



Tinggi Tanaman (cm)
63
-
59
-
-
-
Rata-rata
40,67



JumlahDaun
4
-
5
-
-
-
Rata-rata
3




Berdasarkan hasil praktikum tanaman budidaya tebu diatas didapati  rata-rata tinggi tanaman 40,67 cm, dan rata-rata jumlah daun 3. Pertumbuhan tebu menggunakan atonik lebih baik dibanding tanaman tebu yang tidak menggunakan atonik. Karena atonik berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yang dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan dapat dilihat dalam tinggi tanaman tebu, jumlah anakan tebu, dan jumlah daun tanaman tebu. Hasil data pada praktikum kali ini terjadi menunjukan bahwa tanaman tebu yang menggunakan atonik lebih banyak dibanding tanaman yang tidak menggunakan atonik. Sedangkan tanaman tebu yang mati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu kurangnya hormon pertumbuhan pada masing-masing bibit  yang, terlalu keringnya bibit tebu ataupun bibit tebu sudah tua yang menyebabkan adanya bibit yang mati dan bibit  yang mampu tumbuh, faktor eksternal seperti kurangnya perawatan seperti penyiraman karena tanaman tebu muda membutuhkan air yang cukup, keadaan lingkunganpun juga bisa mempengaruhi pertumbuhan tebu seperti kurangnya unsur hara dan iklim atau cuaca yang tidak mendukung yang menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Berdasarkan teori, tanaman yang pertumbuhannya lebih baik adalah tanaman yang telah diberi atonik yang merupakan ZPT atau Zat Pengatur Tumbuh. ZPT merupakan senyawa bahan organik selain unsur-unsur hara yang mempunyai sifat seperti hormon tumbuhan, dan dlam jumlah kecil dapat mendorong, menhambat aaupun memodifikasi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
G.      Kesimpulan
Dari data hasil pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa bibit tanaman tebu yang diberi atonik atau ZPT ( Zat Pengatur Tumbuh) pertumbuhanya lebih baik dari bibit yang tidak di beri atonik. Hal ini karena dalam atonik terdapat zat pengatur tumbuh sehigga dapat memacu proses pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat, mengatifkan penyerapan unsur hara dan meningkatkan pertumbuhan tunas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar